Hal terpenting dalam hidup adalah perubahan diri menjadi lebih baik. Doa yang baik adalah doa yang menjadikan seseorang lebih baik dalam hidupnya.
Semoga Allah Yang Maha Pemurah mengaruniakan kemampuan kepada kita untuk senantiasa menjadikan doa sebagai dzikir harian. Saudaraku, Al-Mujiib adalah satu nama Allah dalam Asma'ul Husna yang berarti Allah Yang Maha Mengabulkan. Al-Mujiib berasal dari akar kata ajaaba yang berarti "menjawab" dan "jawaban", yaitu membalas pembicaraan, pertanyaan, permintaan atau semacamnya. Sementara ulama mengatakan bahwa kata ini awalnya mengandung makna "memotong", seolah-olah memotong permintaan dengan pengabulan sebelum tuntasnya permintaan tersebut. Dalam Alquran, kata Al-Mujiib hanya disebutkan satu kali, yaitu dalam QS Hud [11] ayat 61 dan jamaknya, mujiibun, dalam QS Ash-Shaffat [37] ayat 75.
Allah adalah Dzat yang akan mengabulkan setiap permohonan. Karena itu, Allah Azza wa Jalla menganjurkan setiap hamba untuk selalu berdoa kepada-Nya (QS Al-Baqarah [2]: 186).
Sekarang timbul pertanyaan, mengapa Allah memerintahkan kita untuk berdoa? Bukankah Dia sudah tahu kebutuhan dan harapan kita, lebih tahu daripada kita sendiri! Bukankah tanpa berdoa pun Allah akan mencukupi segala kebutuhan kita! Bahkan ada yang tidak pernah berdoa, tapi ia diberi "lebih" daripada orang yang berdoa. Contoh, ada yang begitu cepat mendapatkan jodoh, padahal ia tidak berdoa. Di pihak lain ada yang setiap saat minta jodoh, tapi begitu sulit ia mendapatkannya.
Ternyata, doa adalah saripatinya ibadah. Kalau kita diperintahkan untuk beribadah, maka doa itulah saripatinya. Karena itu, orang yang tidak mau berdoa dikategorikan sebagai orang sombong. Dengan demikian, doa menjadi teramat penting bagi kita, dan tidak penting bagi Allah.
Apa alasannya? Doa akan memperjelas posisi kita sebagai hamba dan Allah sebagai Rabb yang menciptakan. Semakin jelas dan semakin mantap posisi ini, akan semakin beruntung pula hidup kita. Laa haula walaa kuwwata illa billahi 'aliyil 'adhim; tiada daya dan kekuatan hanyalah karena Allah Yang Mahaagung semata. Perasaan diri sebagai hamba adalah karunia luar biasa bagi kita, karena akan menentukan baik tidaknya perilaku kita di dunia.
Karakter hamba ahli doa
Saudaraku, hal terpenting dalam hidup adalah perubahan diri menjadi lebih baik. Demikian pula dengan doa, ia harus menjadikan setiap yang melakukannya menjadi lebih baik. Apa saja ciri seorang hamba ahli doa?
Pertama, ia memiliki tujuan yang jelas dalam hidup. Doa adalah target kehidupan. Dari sini kita lihat bahwa doa adalah pupuk, yang terpenting adalah bibit berupa usaha. Misal, doa sapu jagat. Kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat harus menjadi tujuan hidup. Tentunya kita harus mau berusaha dan berproses untuk mendapatkannya. Dilihat dari hal ini, doa adalah pupuk dan ikhtiar adalah bibit. Orang yang bagus doanya akan terprogram hidupnya. Ia memiliki target dan perencanaan untuk memenuhi target tersebut.
Kedua, ia akan senantiasa bersikap wara'. Seorang ahli doa tidak akan mau tersentuh barang haram. Sebab, doa akan terhalang kalau dalam badan kita terdapat barang haram. Rasulullah SAW mengatakan bahwa orang yang akan diterima ibadah dan dikabulkan doanya adalah orang bersih dari harta haram.
Ketiga, seorang ahli doa akan selalu berbaik sangka (husnudzah) kepada Allah Azza wa Jalla. Dalam sebuah hadis qudsi disebutkan bahwa Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Kalau kita selalu memandang baik apa yang dilakukan Allah, tidak berburuk sangka, insya Allah hidup kita akan bahagia. Apapun yang terjadi, pasti baik hasilnya, karena semua datang atas seizin Allah.
Tidak enak, pahit, atau menyengsarakan adalah persepsi kita. Allah tidak mungkin memberikan sebuah ujian, kecuali ada kebaikan di balik ujian tersebut. Ketika Allah "tidak mengabulkan" doa kita, maka yakinlah ada sesuatu yang lebih baik di balik tidak dikabulkannya doa tersebut. Hanya saja ilmu kita belum sampai pada hakikat tersebut.
Keempat, seorang ahli doa akan senang menolong, mempermudah, dan tidak mempersulit orang lain. Dia tahu bahwa Allah akan menolong seorang hamba yang suka menolong saudaranya. Allah akan mempermudah urusan seorang hamba bila hamba tersebut selalu mempermudah urusan orang lain. Yakinlah, semakin gemar kita menolong orang lain, akan semakin mudah pula doa kita dikabulkan, bahkan diberi yang lebih baik.
Di luar itu semua, sangat utama pula bila kita menjadikan setiap momentum sebagai doa yang akan membawa kebaikan. Ketika turun hujan, berdoalah. Ketika akan, sedang, dan setelah turun dari kendaraan, bordoalah. Ketika berjalan, boalah. Dan sebaik-baik doa adalah yang dicontohkan Alquran dan Rasulullah SAW. Wallahu a'lam bish-shawab.
( KH Abdullah Gymnastiar )
Semoga Allah Yang Maha Pemurah mengaruniakan kemampuan kepada kita untuk senantiasa menjadikan doa sebagai dzikir harian. Saudaraku, Al-Mujiib adalah satu nama Allah dalam Asma'ul Husna yang berarti Allah Yang Maha Mengabulkan. Al-Mujiib berasal dari akar kata ajaaba yang berarti "menjawab" dan "jawaban", yaitu membalas pembicaraan, pertanyaan, permintaan atau semacamnya. Sementara ulama mengatakan bahwa kata ini awalnya mengandung makna "memotong", seolah-olah memotong permintaan dengan pengabulan sebelum tuntasnya permintaan tersebut. Dalam Alquran, kata Al-Mujiib hanya disebutkan satu kali, yaitu dalam QS Hud [11] ayat 61 dan jamaknya, mujiibun, dalam QS Ash-Shaffat [37] ayat 75.
Allah adalah Dzat yang akan mengabulkan setiap permohonan. Karena itu, Allah Azza wa Jalla menganjurkan setiap hamba untuk selalu berdoa kepada-Nya (QS Al-Baqarah [2]: 186).
Sekarang timbul pertanyaan, mengapa Allah memerintahkan kita untuk berdoa? Bukankah Dia sudah tahu kebutuhan dan harapan kita, lebih tahu daripada kita sendiri! Bukankah tanpa berdoa pun Allah akan mencukupi segala kebutuhan kita! Bahkan ada yang tidak pernah berdoa, tapi ia diberi "lebih" daripada orang yang berdoa. Contoh, ada yang begitu cepat mendapatkan jodoh, padahal ia tidak berdoa. Di pihak lain ada yang setiap saat minta jodoh, tapi begitu sulit ia mendapatkannya.
Ternyata, doa adalah saripatinya ibadah. Kalau kita diperintahkan untuk beribadah, maka doa itulah saripatinya. Karena itu, orang yang tidak mau berdoa dikategorikan sebagai orang sombong. Dengan demikian, doa menjadi teramat penting bagi kita, dan tidak penting bagi Allah.
Apa alasannya? Doa akan memperjelas posisi kita sebagai hamba dan Allah sebagai Rabb yang menciptakan. Semakin jelas dan semakin mantap posisi ini, akan semakin beruntung pula hidup kita. Laa haula walaa kuwwata illa billahi 'aliyil 'adhim; tiada daya dan kekuatan hanyalah karena Allah Yang Mahaagung semata. Perasaan diri sebagai hamba adalah karunia luar biasa bagi kita, karena akan menentukan baik tidaknya perilaku kita di dunia.
Karakter hamba ahli doa
Saudaraku, hal terpenting dalam hidup adalah perubahan diri menjadi lebih baik. Demikian pula dengan doa, ia harus menjadikan setiap yang melakukannya menjadi lebih baik. Apa saja ciri seorang hamba ahli doa?
Pertama, ia memiliki tujuan yang jelas dalam hidup. Doa adalah target kehidupan. Dari sini kita lihat bahwa doa adalah pupuk, yang terpenting adalah bibit berupa usaha. Misal, doa sapu jagat. Kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat harus menjadi tujuan hidup. Tentunya kita harus mau berusaha dan berproses untuk mendapatkannya. Dilihat dari hal ini, doa adalah pupuk dan ikhtiar adalah bibit. Orang yang bagus doanya akan terprogram hidupnya. Ia memiliki target dan perencanaan untuk memenuhi target tersebut.
Kedua, ia akan senantiasa bersikap wara'. Seorang ahli doa tidak akan mau tersentuh barang haram. Sebab, doa akan terhalang kalau dalam badan kita terdapat barang haram. Rasulullah SAW mengatakan bahwa orang yang akan diterima ibadah dan dikabulkan doanya adalah orang bersih dari harta haram.
Ketiga, seorang ahli doa akan selalu berbaik sangka (husnudzah) kepada Allah Azza wa Jalla. Dalam sebuah hadis qudsi disebutkan bahwa Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Kalau kita selalu memandang baik apa yang dilakukan Allah, tidak berburuk sangka, insya Allah hidup kita akan bahagia. Apapun yang terjadi, pasti baik hasilnya, karena semua datang atas seizin Allah.
Tidak enak, pahit, atau menyengsarakan adalah persepsi kita. Allah tidak mungkin memberikan sebuah ujian, kecuali ada kebaikan di balik ujian tersebut. Ketika Allah "tidak mengabulkan" doa kita, maka yakinlah ada sesuatu yang lebih baik di balik tidak dikabulkannya doa tersebut. Hanya saja ilmu kita belum sampai pada hakikat tersebut.
Keempat, seorang ahli doa akan senang menolong, mempermudah, dan tidak mempersulit orang lain. Dia tahu bahwa Allah akan menolong seorang hamba yang suka menolong saudaranya. Allah akan mempermudah urusan seorang hamba bila hamba tersebut selalu mempermudah urusan orang lain. Yakinlah, semakin gemar kita menolong orang lain, akan semakin mudah pula doa kita dikabulkan, bahkan diberi yang lebih baik.
Di luar itu semua, sangat utama pula bila kita menjadikan setiap momentum sebagai doa yang akan membawa kebaikan. Ketika turun hujan, berdoalah. Ketika akan, sedang, dan setelah turun dari kendaraan, bordoalah. Ketika berjalan, boalah. Dan sebaik-baik doa adalah yang dicontohkan Alquran dan Rasulullah SAW. Wallahu a'lam bish-shawab.
( KH Abdullah Gymnastiar )
0 komentar:
Posting Komentar